Tahukah engkau, apa arti gravitasi bagi seorang pencari-Nya?
Bagi ilmuwan, itu gaya tarik antara dua massa. Tapi bagi ruh yang resah, itu adalah tarikan cinta menuju asalnya. Bumi menarik, bukan karena beratnya, tapi karena ia pernah menjadi asal kita. Dan seperti segala yang merindukan rumah, kita pun tertarik untuk kembali—meski tak tahu jalan pulang.
Baca juga: https://halaltoday.id/di-balik-tirai-takdir-ilahi/
Aku melihat apel jatuh dari pohon. Newton berkata: “Ini hukum alam. ”Tapi hatiku berkata: “Itu sujud.”
Karena segalanya tunduk. Karena segalanya kembali. Bahkan batu, bahkan planet, bahkan diriku yang keras kepala ngeyelan ini—semua sedang ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, tapi tak pernah gagal menjemput.
Adakah yang bisa melawan tarikan-Nya?
Matahari membuat planet-planet menari di sekelilingnya. Tapi bukankah itu gambaran jiwa-jiwa yang terus tawaf, mengelilingi pusat keberadaan, tak pernah lelah? Dan bintang-bintang pun, seberapa jauh pun mereka melesat, tetap berada dalam genggaman tarikan yang satu.
Para sufi menyebutnya: kerinduan kosmik. Dan aku, bagian kecil dari semesta ini, juga dirimu, pun sedang ditarik—bukan oleh bumi, tapi oleh kasih-Nya.
Kau tahu kenapa kita letih saat jauh dari-Nya?Karena kita melawan gravitasi ruhani. Kau tahu kenapa hati tenang dalam sujud? Karena saat itu kita jatuh ke pusat yang seharusnya.
Gravitasi ini bukan hanya fisika. Ini cinta. Dan cinta yang sejati selalu menarikmu kembali. Sekalipun kau menjauh, kau akan selalu kembali—karena tarikan itu bukan di luar, tapi di dalam.
Dan mungkin, itulah sebabnya aku selalu tertarik padamu, meski tak selalu bisa bersama, aku tak pernah bisa jauh darimu. Gravitasi menarik cinta aku dan dirimu berdekatan.
Dirimu adalah pusat semestaku—dan gravitasimu adalah rinduku.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
